Perusahaan e-commerce Bukalapak (BUKA) resmi mencatatkan penawaran saham perdana di hari Jumat, 6 Agustus 2021.
BUKA merupakan unicorn Indonesia pertama yang melantai di bursa, dengan raupan dana menembus Rp 21,9 trilyun, dan merupakan IPO terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Berdasarkan data resmi BEI, jumlah saham BUKA yang dicatatkan 103.062.019.354 saham, terdiri dari saham pendiri 77.296.514.554 saham dan penawaran umum 25.765.504.800 saham.
Sesaat setelah bel perdagangan berbunyi, harga BUKA langsung meroket dan menyentuh batas ARA (auto rejection atas) hingga Rp 1.060 per lembar saham atau menguat 24,71%. Kendati melesat, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 249,22 miliar di pasar regular sehingga investor domestik diperkirakan yang mendominasi pembelian saham BUKA ini.
Pada perdagangan hari kedua, Senin, 9 Agustus, harga saham BUKA mebukukan kenaikan sebesar 25% ke Rp 1.325 per saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 199,7 miliar, menjadi yang terbanyak di bursa. Meskipun demikian, investor asing kembali mencatatkan jual bersih Rp 41,08 milyar di pasar regular. Antrian untuk membeli saham BUKA di harga Rp 1.325 per saham mencapai 8.698.826 lot. Namun demikian, di akhir hari perdagangan kedua, saham BUKA ditutup melemah akibat aksi profit taking yang dilakukan oleh investor.
Bukalapak memberikan optimisme kepada para pelaku pasar khususnya investor domestik terhadap pasar saham di dalam negeri sebagai perusahaan e-commerce sekaligus unicorn pertama yang melantai di bursa. IPO Bukalapak menandai transisi pasar saham dari tatanan ekonomi lama (old economy) yang mengutamakan sektor material, industri, komoditas dan energi menjadi new economy yang berfokus pada pengembangan sektor teknologi, konsumsi, kesehatan dan pendidikan. Para pelaku pasar percaya bahwa saham sektor teknologi di Indonesia diperkirakan akan memberikan booster untuk kenaikan IHSG lebih lanjut.
Secara historis, sejak tahun 1999, bulan Agustus memiliki probabilitas sebesar 59% untuk mencatatkan kinerja bulanan negatif. Manfaatkan koreksi yang terjadi di pasar saham sebagai momentum untuk mengakumulasi reksa dana saham untuk mengoptimalkan kinerja portofolio investasi Anda.
Source: BLOOMBERG, CNBC, CNN