Halaman yang Anda Cari Tidak Tersedia
Halaman yang Anda Cari Tidak Tersedia
Bank Indonesia (BI) kembali melakukan burden sharing untuk menjaga kredibilitas di tengah pandemi Covid-19, apa efeknya terhadap obligasi ya?
Akhir bulan Agustus 2021, investor dikejutkan dengan konfirmasi dari Bank Indonesia (BI) yang kembali melakukan burden sharing untuk menjaga kredibilitas di tengah pandemi Covid-19, melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) III. Dalam SKB III tersebut, dijelaskan bahwa BI akan membeli Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 215 Triliun di tahun 2021, dan Rp 224 Triliun di tahun 2022. Komitmen tersebut membuat kepercayaan dan demand investor semakin meningkat terhadap pasar obligasi Indonesia.
Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang masih di bawah tekanan pandemi Covid-19, suku bunga pun masih dipertahankan pada level rendah di 3.5%, hal ini membuat obligasi Pemerintah semakin menjadi primadona. Dukungan BI melalui SKB III burden sharing pun membuat supply obligasi di market menjadi berkurang, sehingga yield acuan obligasi Indonesia tenor 10 tahun bergerak turun, dari 6.3% menjadi 6.0% (3 Sep 2021). Penurunan yield mengartikan penguatan pada harga obligasi.
Bagi Anda yang mencari alternatif investasi selain deposito, tetapi juga memberikan imbal hasil secara berkala, maka Anda dapat mempertimbangkan investasi pada obligasi Pemerintah, seperti obligasi ritel di pasar perdana yang menawarkan imbal hasil di atas bunga deposito. Baru-baru ini, Pemerintah pun menurunkan pajak atas diskonto dan kupon obligasi dari 15% menjadi 10% untuk mendorong investasi dan pendalaman pasar obligasi.
Segera akses fitur pembelian obligasi perdana melalui ONe Mobile sekarang juga. Selamat berinvestasi!
Investasi Obligasi Pasar Perdana via ONe Mobile dengan cara berikut:
