Kenali Hustle Culture, Gila Kerja yang Berdampak Buruk

29 Nov 2021 Ditulis oleh: Redaksi OCBC NISP

Apa itu hustle culture? Yuk kenali pengertian dan dampak negatifnya.

Anda pasti pernah bertemu dengan seseorang yang senang bekerja hingga tidak sempat beristirahat, atau mungkin diri Anda sendiri? Kondisi itu disebut juga dengan hustle culture. Budaya tersebut seringkali terjadi pada generasi muda, khususnya mahasiswa.

Rupanya, budaya ini memberikan dampak cukup buruk bagi kehidupan sehari-hari. Lalu, apa sebenarnya penyebab hustle culture, dan apa saja dampak negatifnya? Yuk simak pembahasan dalam artikel berikut ini.


Apa itu Hustle Culture

Hustle Culture artinya suatu cara hidup dimana seseorang merasa perlu untuk terus bekerja keras dan beristirahat hanya sebentar sehingga mereka dapat menganggap dirinya sukses. Berapa orang menurut gaya hidup ini sebagai “workaholic”.

Fenomena Hustle Culture pertama kali ditemukan pada tahun 1971 dan menyear dengan cepat terutama di kalangan milenial. Fenomena ini membuat seseorang percaya bahwa aspek terpenting dalam hidup adalah mencapai tujuan karir dengan bekerja keras secara terus menerus.

Bagaimana dampaknya pada pekerja di berbagai dunia?

Sebuah studi yang diterbitkan di Occupational Medicine menemukan bahwa orang yang bekerja lebih lama, berapapun usianya sangat mungkin mengalami kecemasan depresi dan masalah kesehatan tidur.

Dilansir dari Forbes, 55% pekerja di Amerika Serikat tertekan oleh pekerjaannya. Dimana, AS dikenal sebagai negara dengan tingkat pekerjaan 20% lebih tinggi dari angka umum di seluruh dunia.

Sementara, menurut Mental Health Foundation UK, di Inggris terdapat 14,7% pekerja menderita gangguan kesehatan mental disebabkan oleh pekerjaan. Sedangkan, di Jepang jumlah pekerja yang menderita penyakit jantung stroke dan gangguan mental meningkat tiga kali lipat karena kelelahan di tempat kerja.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Di Indonesia sendiri, 1 dari 3 pekerja menderita gangguan kesehatan mental akibat jam kerja yang panjang. Di era pandemi ini, dengan semakin berkembangnya seruan untuk produktif dari rumah memunculkan tren toxic hustle culture baru di Indonesia.


Di Usia Berapa Hustle Culture Terjadi?

Meski seringkali mengacu pada orang dewasa dan sudah bekerja, rupanya budaya ini juga menghinggapi para mahasiswa. Terlebih, bagi mereka yang merasa memiliki banyak tugas dan jurusannya cukup berat.

Sehingga, jika ditanya pada usia berapa budaya ini bisa muncul? Maka jawabannya cukup abu-abu. Baik siswa, mahasiswa maupun pekerja berpotensi melakukan budaya ini apabila mereka tidak pandai dalam mengatur waktu untuk bekerja dan beristirahat.

Pada siswa, budaya ini bisa ditandai dengan aktifnya mengikuti bimbingan les di berbagai tempat. Belum lagi, apabila mereka bergabung dengan beberapa organisasi aktivis di sekolah. Hal ini, membuatnya tidak memiliki waktu banyak untuk beristirahat atau sekedar bermain.

Begitupun dengan mahasiswa, hustle culture mahasiswa dilakukan dengan mengikuti berbagai ekstrakulikuler dan himpunan mahasiswa di kampus. Adapun beberapa alasannya adalah untuk menambah pengalaman dan relasi baru.


Penyebab Hustle Culture

Melakukan hustle culture artinya Anda berusaha terlalu keras untuk bekerja dan mencapai suatu tujuan. Padahal, masih banyak waktu yang diberikan. Adapun beberapa penyebab hustle culture yang biasanya mempengaruhi seseorang. Berikut diantaranya.

  1. Munculnya Toxic Positivity dari Sekitar
    Toxic positivity dapat didefinisikan sebagai keinginan untuk mempertahankan asumsi positif bahkan dalam situasi stres. Anggapan ini seringkali datang dari hati atau perkataan orang-orang di sekitar kita.

    Ketika Anda merasa lelah dengan pekerjaan yang menumpuk, bukannya beristirahat tetapi mereka justru mengatakan hal-hal seperti: “Jangan gampang menyerah, capek itu pasti, namanya juga kerja!”

    Ada juga ungkapan yang lebih frontal seperti, ”Kalau capek terus, kapan mau sukses?”

    Tidak dapat disangkal bahwa toxic positivity juga meningkat selama pandemi COVID19. Di masa ekonomi yang sulit ini, banyak orang melakukan pekerjaan tanpa henti. Namun sebagian besar dari mereka merasa stres setelahnya meski takut untuk mengungkapkan perasaannya.

    Toxic positivity ini cukup berpengaruh pada terjadinya toxic hustle culture. Hal ini menyebabkan seseorang dipaksa untuk menjadi kuat dan selalu bersemangat, meski sedang dalam keadaan lelah.

  2. Teknologi yang Semakin Canggih
    Kemajuan teknologi merupakan salah satu alasan mengapa budaya ini menyebar begitu cepat. Ponsel pintar yang Anda miliki tidak hanya digunakan untuk komunikasi tetapi juga untuk bekerja.

    Anda dapat dengan mudah mengirim dan membalas email, membuat presentasi video call dengan supervisor atau klien untuk diskusi kelompok. Namun tanpa disadari, rangkaian kemudahan ini juga dapat membuat seseorang terus bekerja.

    Kemudahan dalam bekerja inilah yang mendorong generasi muda untuk bekerja sepanjang waktu terlepas dari kesehatan mereka.

  3. Pengaruh Konstruksi Sosial
    Tidak dapat disangkal bahwa masih banyak orang yang percaya, kriteria sukses dalam hidup adalah posisi yang tinggi dalam pekerjaan dan memiliki banyak uang. Semakin cepat dan tinggi karir seseorang, maka semakin tertata kehidupannya.

    Misalnya, barang siapa mampu membeli properti di usia muda, akan secara langsung terbentuk konstruksi sosial yang membuat orang tersebut menjadi standar baru bagi orang-orang di sekitarnya.

    Akibat dari konstruksi itulah, fenomena toxic hustle culture muncul di antara para pemuda, karena mereka menginginkan sebuah pengakuan. Padahal, tingkat kesuksesan seseorang itu berbeda-beda, bukan?


Dampak Negatif Hustle Culture

Melihat penjelasan di atas, tentu Anda berpikir bahwa budaya ini tidak akan memberikan dampak positif bagi pelakunya. Lalu, apa saja dampak negatif hustle culture yang bisa menyerang Anda? Berikut diantaranya.

  • Resiko terkena penyakit lebih tinggi.
  • Stres berlebihan.
  • Mengalami burnout berkepanjangan.
  • Tidak memiliki waktu untuk kesenangan pribadi.
  • Tidak bisa mencapai keseimbangan hidup.

Nah, itu dia pembahasan secara lengkap mengenai pengertian, penyebab dan dampak buruk hustle culture bagi kehidupan. Menyelesaikan pekerjaan dengan cepat memang baik, namun, jangan lupa memperhatikan waktu istirahat, ya!


Baca Juga:

Story for your Inspiration

Baca

Edukasi - 24 Apr 2024

Cara Hapus Data KTP di Pinjaman Online Ilegal, Mudah dan Tanpa Biaya!

Baca

Edukasi - 24 Apr 2024

Loan to Value, Rasio yang Menentukan KPR Disetujui atau Tidak

See All

Produk Terkait

Kartu Debit OCBC NISP

Kartu Debit OCBC NISP

A means of payment for all transactions
Nyala

Nyala

Dorong ambisimu untuk wujudkan kebebasan finansial, karena Tidak Ada Yang Tidak Bisa dengan Nyala OCBC
OCBC mobile
ONe Mobile

OCBC mobile

Tumbuhkan uang dalam 1 aplikasi bersama OCBC mobile yang baru.
TAKA

TAKA

Kelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan dan kemudahan bertransaksi

Download OCBC mobile