Mengenal Debt to Service Ratio (DSR) dan Cara Menghitung

12 Jan 2022 Ditulis oleh: Redaksi OCBC NISP

Mengenal apa itu Debt to Service Ratio (DSR). Bagaimana cara menghitungnya?

Pengajuan pinjaman atau hutang, seperti kepada bank tentu perlu mempertimbangkan kemampuan untuk melunasinya. Selain itu pihak bank juga tidak akan memberi pinjaman dengan resiko tinggi. Oleh karena itu, teknik penghitungan rasio Debt to Service Ratio (DSR) digunakan. DSR adalah singkatan yang merujuk pada perbandingan rasio total hutang dan total pendapatan.

Istilah DSR juga banyak digunakan dalam urusan keuangan negara. Dalam hal ini, DSR digunakan untuk mengkalkulasikan beban utang negara. Lantas, sebenarnya apa itu DSR dan dan bagaimana rumus DSR? Simak penjelasan lengkapnya di sini!


Apa itu DSR?

DSR adalah rasio perbandingan yang didasarkan pada cicilan hutang per bulan dan pendapatan bersih per bulan. Jangka waktu ini biasanya berubah-ubah menjadi semester atau tahun tergantung pada kesepakatan awal. Istilah DSR menjadi hal umum dalam industri perbankan, peminjaman, dan keuangan negara.

Tujuan utama DSR adalah mengetahui tingkat beban hutang yang perlu ditanggung nasabah atau sebuah negara. Dengan mempertimbangkan hasil pendapatan bersih, maka peminjam dapat memastikan bahwa pihak terhutang akan mampu melunasi hutangnya.

Dalam urusan keuangan negara, DSR menjadi acuan untuk melunasi hutang-hutang negara. Total pendapatan didasarkan pada hasil penerimaan ekspor.

Oleh karena itu, dalam konteks DSR negara, rumus DSR merujuk pada jumlah cicilan pokok utang luar negeri dan bunga dibagi dengan jumlah penerimaan pendapatan ekspor.Salah satu cara memperbaiki atau menurunkan persentase DSR adalah peningkatan dan pengoptimalan ekspor untuk memperoleh pendapatan maksimal.

Cara membaca rasio DSR mengacu pada besaran setelah dihitung menggunakan rumus. Semakin besar persentase, maka semakin besar pula beban hutang yang ditanggung.


Fungsi DSR

Sebagaimana dijelaskan bahwa DSR adalah rumus yang digunakan untuk memberikan gambaran beban hutang. Dalam konteks keuangan negara, rumus DSR tentu berperan penting untuk pengelolaan keuangan negara, terutama dalam hal pelunasan hutang.

Dalam konteks keuangan pemerintah, rasio DSR menjadi acuan untuk menentukan target jumlah pendapatan ekspor untuk memenuhi pembayaran pokok tahunan atas utang luar negeri dan suku bunganya. Sedangkan dalam konteks individu, DSR adalah persentase yang digunakan pihak bank untuk menentukan besaran pinjaman yang bisa diberikan.

Mengapa perlu ada perhitungan rumus DSR? Hal ini dikarenakan, pihak peminjam perlu membuat cerminan kemampuan membayar hutang bagi seseorang dengan tingkat pendapatan tertentu. Rasio DSR adalah salah satu solusi konkrit untuk memberikan gambaran tersebut.

Pada umumnya, rasio DSR adalah metrik yang umum digunakan untuk melakukan negosiasi pinjaman antara perusahaan dan bank. Melalui hasil persentase rasio DSR tersebut, maka akan diputuskan besaran pinjaman, jangka waktu pelunasan, suku bunga, dan jumlah cicilannya.


Persentase wajar rasio DSR

Mengacu pada ilmu perencanaan keuangan, persentase wajar dari DSR adalah 30%-35% dari total penghasilan. Maka dari itu, jika seseorang memiliki DSR yang lebih dari batas wajar, dihimbau untuk lebih berhati-hati terhadap resiko beban hutang yang berlebihan.

Terdapat beberapa level untuk menggambarkan resiko rasio DSR:

Penilaian Kredit Rasio Utang terhadap Pendapatan
A X < 30%
B 30% < X < 35%
C 35% < X < 40%
D X > 40%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa rasio hutang DSR adalah indikator untuk menentukan kemampuan seseorang dalam memenuhi tagihan pinjamannya. Rasio DSR yang melebihi 40% adalah persentase paling beresiko. Oleh karena itu, seseorang dapat menggunakan rumus DSR sebelum mengajukan pinjaman.


Cara menghitung DSR

Cara menghitung DSR terbilang cukup sederhana. Rumus DSR hanya membutuhkan dua komponen, yaitu total cicilan utang per bulan dan pendapatan bersih per bulan. Berikut rumus DSR adalah:

DSR = (Total Cicilan Utang per Bulan : Pendapatan Bersih per Bulan) x 100%

DSR adalah cara yang digunakan untuk memperkirakan kemampuan membayar hutang berdasarkan kemampuan. Oleh karena itu, melalui rumus tersebut, Anda dapat memperoleh rasio DSR yang menggambarkan beban hutang. Berikut contoh cara menghitung DSR adalah:

Contoh:

Ibu Rina memiliki pendapatan bersih sebanyak Rp 15 juta dari pekerjaannya. Selain itu, ia juga tercatat memiliki sejumlah pinjaman, baik berupa kartu kredit maupun KPR. Berikut detail pinjamannya.

  • KPR dengan pinjaman Rp 450 juta dan cicilan per bulan sebesar Rp 5 juta.
  • Kartu kredit dengan total tagihan Rp 10 juta dan cicilan per bulan sebesar Rp 1 juta

Maka, DSR Ibu Rina adalah:

= (Total cicilan utang per bulan / Total pendapatan bersih) x 100%
= [(5.000.000 + 1.000.000) / 15.000.000)] x 100%
= 40%

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Ibu Rina harus mengalokasikan 40% dari pendapatannya di setiap bulan untuk membayar tagihan pinjaman.


Dari pembahasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa DSR adalah perhitungan yang dilakukan untuk menggambarkan kemampuan seseorang dalam melunasi hutang. Oleh karena itu, sebelum mengajukan pinjaman sesuaikan dengan kemampuan pendapatan terlebih dahulu.

Baca Juga:

Story for your Inspiration

Baca

Edukasi - 16 Apr 2024

Daftar Mobil Limousine di Indonesia dan Harganya

Baca

Edukasi, Tips & Trick - 16 Apr 2024

Kredit Rumah Tanpa Riba, Emang Bisa?

See All

Produk Terkait

Individu

Individu

Solusi perbankan OCBC siap bantu kamu penuhi semua aspirasi dalam hidup #TAYTB

Download OCBC mobile