Taper Tantrum Adalah: Pengertian, Efek, dan Dampak Krisisnya

14 Jun 2022

Dalam ekonomi, apa yang dimaksud dengan taper tantrum? Simak di sini.

Akhir-akhir ini mungkin Anda sering mendengar istilah “taper tantrum”. Lantas, apa itu taper tantrum? Singkatnya taper tantrum adalah suatu keadaan gejolak ekonomi ketika bank sentral Amerika serikat memperketat kebijakan moneternya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan dampak taper tantrum bisa dialami oleh Indonesia. Contohnya seperti capital outflow. Maka dari itu, artikel ini menyediakan informasi mengenai apa itu taper tantrum mulai dari pengertian hingga dampak dari taper tantrum itu sendiri. Yuk simak!

Pengertian Taper Tantrum

Taper tantrum adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kebijakan pengurangan nilai aset oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Fed. Pengurangan ini biasanya diberlakukan untuk qualitative easing atau obligasi. Dampak dari taper tantrum adalah arus modal dari pasar negara berkembang akan kembali ke AS dan mencetuskan gejolak keuangan.

Sejarah Taper Tantrum 2013 dan Penyebabnya

Sebelumnya, gejolak ekonomi dunia akibat kebijakan the Fed pernah terjadi pada tahun 2013 dan disebut oleh awak media sebagai taper tantrum. Bank Sentral AS yang saat itu dipimpin oleh Ben Bernanke mengumumkan wacana keputusan untuk mengurangi jumlah pembelian obligasinya atau Quantitative Easing (QE).

Keputusan ini dilandaskan tingginya arus likuiditas dan meningkatnya imbal hasil dan ditetapkan untuk berlaku mulai Januari 2014. Selain itu, landasan kebijakan taper tantrum adalah untuk membantu mengurangi efek resesi AS tahun 2008.

Dalam mengelola keuangan negara AS, Bank Sentral AS mengontrol tinggi rendahnya suku bunga. Selama 5 tahun berturut-turut, The Fed dapat mengatur suku bunga untuk tetap berada di nilai 0%. Namun, nilai tersebut tidak bisa kurang dari 0%. Oleh karenanya, perangsangan ekonomi AS dilakukan dengan terus menerus mengalirkan uang ke dalam sistem finansialnya.

Ada dua klasifikasi dari Quantitative Easing pada masa tersebut yang akan diterapkan mulai Januari 2014, 40 miliar dollar AS untuk surat utang AS dan 35 miliar dollar AS untuk obligasi perumahan. Harapannya, uang tersebut bisa membantu para perusahaan untuk kebutuhan bisnis masing-masing.

Hasilnya, nilai dollar AS terus meningkat dan menimbulkan taper tantrum. Dampak yang sangat terasa dari taper tantrum adalah negara-negara berkembang mengalami penurunan kurs mata uang, termasuk negara Indonesia. Nilai mata uang rupiah semenjak kejadian taper tantrum ini terus mengalami penurunan.

 

Tanda-tanda Taper Tantrum

Kebijakan keuangan yang diterapkan oleh Bank Sentral AS penyebab taper tanrum dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dua faktor utama taper tantrum adalah data inflasi dan yield US treasury.

Inflasi Amerika Serikat yang terus meningkat sesuai dengan prediksi setelah pemerintahan  mengeluarkan stimulus dalam jumlah besar-besaran. Selain itu, yield US treasury atau imbal hasil yang terus naik juga menjadi tanda taper tantrum.

Dampak Taper Tantrum bagi Indonesia

Efek taper tantrum sangat terlihat dampaknya bagi perekonomian negara. Berikut beberapa dampak taper tantrum untuk negara Indonesia.

1. Menyebabkan naiknya suku bunga

Kenaikan pada suku bunga adalah salah satu dampak yang dapat terjadi akibat krisis taper tantrum di Indonesia. Suku bunga rendah yang diterima oleh debitur saat ini berarti cicilan lebih murah.

Namun, saat Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuannya lantaran ekonominya yang pulih namun inflasi meningkat, ada kemungkinan suku bunga Indonesia meningkat. Namun,  Indonesia bisa menerapkan 7 Day Reverse Repo Rate sebagai usaha untuk tetap menarik investor.

2. Kurs Rupiah mengalami penurunan

Dampak lain dari taper tantrum adalah turunnya kurs rupiah. Investor asing yang panik akan cenderung menarik dananya dari saham dan obligasi dan mengalokasikannya ke instrumen keuangan lainnya. Hal ini tentu membutuhkan dollar AS untuk transaksi. Alhasil, penukaran dollar AS dalam jumlah banyak akan menurunkan daya tukar atau nilai mata uang rupiah.

Dalam krisis taper tantrum di tahun 2013 sendiri, kurs Indonesia yang awalnya dalam posisi 9.700 dolar AS menurun hingga 50% menjadi Rp14.700 dolar AS.

3. IHSG dan Investasi Saham

Selain itu, taper tantrum dapat memiliki efek pada IHSG dan investasi saham. Sebelum kejadian 2013 silam, pasar IHSG didominasi oleh investor asing namun setelah kejadian tersebut, keikutsertaan investor asing merosot hingga ke 40 persen.

Mengapa Pasar Saham Tidak Jatuh Selama Taper Tantrum?

Ada beberapa alasan di balik pasar saham yang tetap sehat selama taper tantrum. Sesuai ucapan Ketua The Fed Bernanke, pembelian QE-nya sebenarnya tidak diperlambat. Sebaliknya, pembelian obligasi besar-besaran dilakukan selama putaran ke-3 hingga mendapatkan total US$1,5 triliun pada tahun 2015.

Alasan selanjutnya adalah keyakinan kuat oleh The Fed terhadap pemulihan pasar dapat meningkatkan kepercayaan para investor dan pengumuman kebijakan berkala yang dilakukan secara aktif oleh The Fed dapat mengelola ekspektasi investor juga. Dengan begitu, investor tidak lagi panik dan pasar saham mendatar.

Nah, begitulah kira-kira penjelasan mengenai taper tantrum mulai dari pengertian, penyebab, hingga dampaknya bagi Indonesia yang pastinya akan sangat berpengaruh ke dunia perekonomian.Temukan informasi lainnya seputar bisnis di OCBC NISP!

Baca juga:

Story for your Inspiration

Baca

Edukasi - 23 Apr 2024

Apa Saja yang Bisa Jadi Jaminan Pinjaman? Berikut Daftarnya

Baca

Edukasi - 23 Apr 2024

Syarat dan Cara Pengajuan Take Over KPR Reguler ke KPR Syariah

See All

Produk Terkait

Obligasi

Obligasi

Alternatif investasi untuk diversifikasi portfolio dengan memperoleh kupon/tingkat suku bunga tetap

Download OCBC mobile