Bagaimana Ciri-ciri Anda Memiliki Mental Kaya? Simak Di Sini

25 Okt 2022

Mental kaya vs mental miskin, Sobat OCBC NISP yang mana?

Seberapa banyak harta yang dimiliki mental kaya vs mental miskin sering kali menjadi bahan perbincangan dewasa ini. Orang dengan mentalitas miskin akan cenderung merasa kekurangan dan tidak bersyukur.

Mentalitas miskin memikirkan cara menjadi kaya tanpa harus menunjukkan gengsi atau sibuk terlihat mampu. Lantas, bagaimana membedakan mental kaya vs mental miskin? Yuk simak artikel berikut ini.

Apa itu Mental Kaya?

Maksud dari mental kaya bukanlah berdasarkan harta atau gaya hidup yang cenderung hedonis atau mementingkan duniawi namun justru mengacu pada sudut pandang, pemikiran, dan pengambilan keputusan seseorang atas hidupnya.

Mental kaya adalah mentalitas atau sikap yang senantiasa membiasakan diri untuk merencanakan keputusan terkait finansial sehingga di masa depan bisa meraih kestabilan dalam hidup.

Sehubungan dengan itu, sebagai contoh mental kaya adalah ketika ada sebuah tren pakaian di antara masyarakat, pemilik mentalitas berikut tidak memprioritaskan pembelian barang serupa apabila hal tersebut bukan merupakan kebutuhan.

Namun, rupanya Bank OCBC NISP menemukan fakta lain terkait bagaimana masyarakat Indonesia mendefinisikan tentang apa itu “kaya”. Berdasarkan survei OCBC NISP Financial Fitness Index 2022, sebanyak 41% dari responden masih salah mendefinisikan arti kaya.

Angka tersebut naik sebesar 1,6% dari tahun 2021. Kenaikan ini terjadi karena adanya fenomena pamer harta (flexing) serta tren gaya dan istilah “sultan”. Uniknya, terdapat perbedaan angka skor finansial di antara mereka yang mengartikan “kaya” secara berbeda.

Pertama, mereka yang mendefinisikan kaya berkaitan dengan produk investasi memiliki skor index yang lebih tinggi (lebih sehat) yaitu sebesar 41,17.

Kedua, mereka yang mendefinisikan kaya berkaitan dengan produk non-investasi (rumah mewah, fashion, dianggap terpandang, dsb) memiliki skor index rendah yaitu sebesar 39,92.

Apa itu Mental Miskin?

Berbanding terbalik dengan mentalitas kaya, mental miskin adalah sebuah sikap yang cenderung mengikuti arus tren dan menghabiskan banyak uang untuk kebutuhan di luar keperluan pokok.

Selain memikirkan barang-barang baru, sikap mental miskin cenderung menaruh kepentingan besar pada pendapat dan ingin memberikan kesan tertentu terhadap masyarakat di sekelilingnya. Oleh sebab itu, sering terjadi transaksi pembelian yang tidak terencana.

Salah satu aksi yang menjadi contoh mental miskin yaitu pembelian barang mendadak saat akan menyambut perayaan hari besar seperti Hari Raya atau Natal. Namun, sebagai dampak dari pengeluaran dana berikut, sering terjadi utang dan cicilan.

Mental Kaya vs Mental Miskin, Apa Bedanya?

Pemahaman tentang mental kaya dan miskin memang masih menjadi polemik di kalangan masyarakat. Hal ini terjadi karena munculnya istilah tersebut sering dihubungkan secara langsung dengan kondisi finansial seseorang. Lantas apa bedanya? Berikut penjelasannya.

1. Preferensi Barang

Jika dilihat dari preferensi barang, mental kaya vs mental miskin memiliki perbedaan yang cukup terlihat. Maksud dari pemilihan produk di sini adalah berkaitan dengan merek dan fungsinya.

Biasanya, sikap mental kaya cenderung memprioritaskan fungsi daripada merek barang. Pilihan tersebut didukung atas kebutuhannya pada waktu tertentu dan terkait nominal pengeluaran uang.

Sedangkan, dalam hal ini, sikap mental miskin lebih memilih untuk menitikberatkan merek barang daripada fungsinya karena memiliki tujuan agar terus berkesinambungan dengan tren masyarakat.

Sebagai contoh mental kaya vs miskin, misalkan salah satu merek ponsel terkenal meluncurkan produk baru yang sebenarnya tidak memiliki perbedaan besar dengan jenis sebelumnya.

Dalam kasus ini, sikap mental kaya akan lebih memilih untuk tidak mengganti ponselnya sementara mental miskin mengambil tindakan terburu-buru membelinya.

2. Nilai dan Tujuan Uang

Fenomena mental kaya vs mental miskin selanjutnya berkaitan dengan nilai dan tujuan uang. Sering dipahami bahwa orang yang berada di kelas atas dalam jajaran kekuatan ekonomi pasti memiliki sifat foya-foya.

Padahal jika membahas mental kaya vs mental miskin di luar kondisi finansialnya, sikap yang mengarah ke mental miskin justru lebih banyak menghabiskan uang.

Memiliki mental miskin menyebabkan munculnya tujuan berbeda saat menggunakan uang. Biasanya, maksud harta tersebut adalah untuk pamer atau menciptakan citra atas kemampuan finansial.

Tujuan tersebut berdampak pada nilai uang sehingga harta tersebut bukan lagi dipahami sebagai aset masa depan tapi justru dianggap sebagai pendukung gengsi yang menciptakan gaya hidup boros. Sedangkan pemilik mental kaya memandang uang sebagai suatu aset di mana tidak perlu untuk dipublikasikan atau dipamerkan. Oleh sebab itu, pengelolaannya dilakukan secara rinci.

3. Prioritas Pengeluaran Uang

Ketiga, ciri khas mental kaya vs mental miskin dapat diketahui dengan prioritas pengeluaran uang. Pemilik mental kaya umumnya mencari cara agar uang bisa bekerja untuknya, salah satunya dengan investasi atau menjalankan bisnis dengan optimal.

Namun, sikap mental miskin akan cenderung tergesa-gesa untuk mengeluarkan uang demi hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan tapi dirasa perlu guna memenuhi gaya hidupnya.

4. Kepentingan Tabungan

Masih berkaitan dengan pengelolaan finansial, sikap mental kaya vs mental miskin memiliki cara pandang yang berbeda dalam hal tabungan.

Pemilik mental kaya yang notabene selalu merencanakan pemasukan dan pengeluaran uang biasanya akan lebih giat menabung untuk keperluan masa depan.

Di sisi lain, sikap mental miskin memandang tabungan sebagai hal yang tidak terlalu diperlukan karena merasa kondisi finansialnya akan selalu stabil. Pemikiran seperti ini menjadi salah satu penyebab munculnya piutang dan cicilan atas barang pembelian.

5. Rencana Masa Depan

Rencana masa depan juga termasuk dalam perbedaan mental kaya vs miskin. Maksud dari poin berikut adalah pengelolaan uang agar bisa mencukupi segala kebutuhan seseorang hingga tua nanti.

Jika pemilik mental kaya cenderung mulai merencanakan masa depan sejak muda, maka mental miskin lebih memprioritaskan gengsi sehingga menghabiskan nominal besar untuk pembelanjaan barang agar bisa mengimbanginya.

Nah, itu dia penjelasan mengenai mental kaya vs mental miskin dan bagaimana cara membedakannya. Jika dilihat-lihat, tentu memiliki mentalitas kaya akan lebih baik bukan. Lantas, termasuk yang manakah Sobat OCBC NISP?

Pada dasarnya, seberapa pun penghasilan yang diperoleh, akan selalu lebih baik jika Sobat OCBC NISP mampu membuat kondisi keuangan stabil. Gaya hidup yang maksimal, rupanya tidak menjamin bahwa finansial Anda dalam status sehat.

Sekali lagi, fakta ini diperoleh dari survei OCBC NISP Financial Fitness Index 2022 oleh Bank OCBC NISP. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 76% orang Indonesia menghabiskan uang demi gaya hidup. Angka ini mengalami kenaikan 2% dari tahun 2021.

Padahal kebiasaan buruk seperti menghabiskan uang untuk gaya hidup semata merupakan hal yang harus dihilangkan agar Anda mampu membangun mentalitas sebagai orang kaya dan sehat secara finansial.

Semoga artikel ini bermanfaat dan memberi pengetahuan baru, yuk simak informasi menarik lainnya di OCBC NISP. Selain itu, Anda juga dapat menemukan berbagai fakta baru yang lebih lengkap mengenai kondisi finansial Indonesia melalui hasil survei OCBC NISP Financial Fitness Index 2022.

Baca juga:

Story for your Inspiration

Baca

Edukasi - 18 Apr 2024

Manfaat, Jenis, dan Biaya Asuransi KPR yang Perlu Kamu Ketahui

Baca
OCBC NISP 80 Tahun | Promo KPR

Edukasi - 18 Apr 2024

Anti Ditolak, Berikut Tips agar Pengajuan KPR Disetujui Bank

See All

Produk Terkait

Individu

Individu

Solusi perbankan OCBC siap bantu kamu penuhi semua aspirasi dalam hidup #TAYTB
Wealth Management

Wealth Management

Download OCBC mobile